Contoh ibu yang tidak mendengarkan anak dengan empati :
Anak : ”pensil merahku diambil orang, ma” (suara pelan, wajah menekuk kebawah)
Ibu : ”Ah, bukannya kamu hilangkan?” (ibu nggak merasakan kalau anak lagi kesal)
Anak : ”Nggak kok, waktu aku ke toilet masih ada di atas meja” (suara meninggi)
Ibu : ” Lagian kamu, sih naruhnya sembarangan” (ibu langsung menilai anak ceroboh)
Anak : diam saja.. (wajahnya cemberut, nafasnya berat)
Ibu :
”Barang-barangmu diambil orang melulu. Sudah berapa kali, coba? Mama
sering bilang,’coba simpan barang-barangmu di laci meja. Kamu sih nggak
pernah perhatikan!” (ibu mulai menasehati anak dan sedikit mengomeli
anak)
Anak : ”Ah, mama rese! ” (wajahnya memerah, alis naik ke atas, nada suara tinggi)
Ibu : ” Lho kok kamu malah marah sich !” (ibu terpancing untuk memarahi anak)
Contoh ibu yang mendengarkan anak dengan empati :
Anak : ”pensil merahku diambil orang, ma” à perasaan anak pasti lagi kesel
Ibu : ”oh kamu lagi kesal ya..” (sambil menatap mata anak)
Anak :
”Padahal sebelum ke toilet, aku letakkan pensilnya di atas meja. Eh ada
yang ngambil dech” (memperhatikan wajah dan bahasa tubuh anak yang lagi
kesel)
Ibu : ” hmmm kecewa banget ya kalo barang kita diambil orang..”
Anak : ”sudah tiga kali pensilku diambil orang”
Ibu : ”waduh..”
Anak : ”aku tahu, mulai sekarang pensilku mau kusimpan di dalam laci meja”
Ibu : ”nah, gitu dong kak” (sambil tersenyum)
Rasulullah
berkata, “Siapa yang memiliki anak, hendaklah ia bermain bersamanya dan
menjadi sepertinya. Siapa yang mengembirakan hati anaknya, maka ia
bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau (bercanda) untuk
menyenangkan hati anaknya, maka ia bagaikan menangis karena takut
kepada Allah ‘Azza wa Jalla” (HR Abu Daud dan At Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar